Ad Unit (Iklan) BIG

Filosopi Cangkir dan Kopi

Posting Komentar
Filosopi Cangkir dan Kopi - Hallo sahabat Update 2021, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul Filosopi Cangkir dan Kopi, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel sebuah renungan, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Filosopi Cangkir dan Kopi
link : Filosopi Cangkir dan Kopi

Baca juga


Filosopi Cangkir dan Kopi

 

 

Dalam sebuah acara reuni, beberapa alumni menjumpai Guru Sekolah mereka dulu. Lalu kemudian mereka menceritakan kisah suksesnya masing-masing..


Diantara mereka, ada yang menjadi : 

- Menteri

- Gubernur

- Wakil Gubernur

- Walikota

- Wakil Walikota

- Bupati

- Wakil Bupati

- Camat

- Wakil Camat

- Lurah 

- Wakil Lurah 

- Direktur BUMN

- Direktur BANK

- Pengusaha 

- PNS

- Guru

- Dokter

- Arsitek

- Pengacara

- Anggota Dewan

- Ketua LSM

- Wartawan

- Konsultan

- Kepala Desa 

dan lain-lainnya..


Melihat para alumni tersebut ramai-ramai membicarakan kesuksesan mereka, guru tersebut segera ke dapur kemudian mengambil seteko kopi panas dan beberapa cangkir kopi yang berbeda-beda. Mulai dari cangkir yang terbuat dari kristal, kaca, melamin dan plastik. 


“Sudah - sudah. Ngobrolnya berhenti dulu. Ini Bapak sudah siapkan kopi buat kalian.” seru sang guru saat memecah keasyikan obrolan mereka.


Hampir serempak, mereka kemudian berebut cangkir terbaik yang bisa mereka dapat. Akhirnya, di meja yang tersisa hanya satu buah cangkir plastik yang paling jelek.


Lantas, setelah semua mendapatkan cangkirnya, sang guru pun mulai menuangi cangkir itu dengan kopi panas dari teko yang telah disiapkannya.


“Mari, silakan diminum!” ajak sang guru, yang kemudian ikut mengisi kopi dan meminum dari cangkir terakhir yang paling jelek.


“Bagaimana rasanya? Nikmat kan? Ini dari kopi hasil kebun keluarga saya sendiri lho.” Tanya sang guru sembari memuji hasil racikan kopinya sendiri.


“Wah, enak sekali Pak. Ini kopi paling sedap yang pernah saya minum” timpal salah satu dari mereka,  yang langsung diiyakan oleh temannya yang lain.


“Nah, kopinya enak ya? Tapi, apakah kalian tadi memperhatikan. Kalian hampir saja berebut untuk memilih cangkir yang paling bagus hingga hanya menyisakan satu cangkir paling jelek ini?” tanya sang guru lagi kepada mereka.


Murid-murid itu pun saling berpandangan. 


"Perhatikanlah, bahwa kalian semua memilih cangkir yang bagus dan kini yang tersisa hanyalah cangkir yang murah dan tidak menarik. Memilih hal yang terbaik adalah wajar dan manusiawi.


Namun persoalannya, ketika kalian tidak mendapatkan cangkir yang bagus perasaan kalian mulai terganggu.


Kalian secara otomatis melihat cangkir yang dipegang orang lain dan mulai membandingkannya.


Pikiran kalian terfokus pada cangkir padahal yang kalian nikmati bukanlah cangkirnya melainkan kopinya.‎


Hidup kita, baik kehidupan dunia maupun kehidupan Ibadah, seperti kopi dalam analogi tersebut di atas, sedangkan cangkirnya adalah sarana, pekerjaan, jabatan juga harta benda yang kita miliki."


Semua alumni tertegun mendengar penjelasan dari sang guru. Karena penjelasan dari sang guru telah menyentak kesadaran mereka.


"Anak-anaku tercinta ..."

lanjut sang guru... 


"Jangan pernah membiarkan cangkir mempengaruhi kopi yang kita nikmati.


Cangkir bukanlah yang utama, akan tetapi kualitas kopi itulah yang terpenting.

Jangan berpikir bahwa :

- kekayaan yang melimpah,

- sarana yang mewah,

- karier yang bagus dan

- pekerjaan yang mapan 

merupakan jaminan kebahagian hidup dan kenikmatan dalam beribadah.


Itu konsep yang sangat keliru.


Sebab kualitas hidup dan Ibadah kita ditentukan oleh :


"Apa yang ada di dalam",

bukan 

"Apa yang kelihatan dari luar".

Status, pangkat, kedudukan, jabatan, kekayaan, kesuksesan, popularitas, adalah sebuah predikat yang disandang.


Tak salah jika kita mengejarnya. Dan tak salah pula bila kita ingin memilikinya.


Namun, semua itu hanya sarana. Dan sarana hanya bermanfaat apabila bisa mengantarkan kita pada tujuan yang semestinya.


Apa gunanya  memiliki segala sarana, namun tidak pernah merasakan :

- kedamaian,

- ketentraman,

- ketenangan, 

- dan kebahagian sejati di dalam kehidupan kita, yaitu forever love?


Itu sangat menyedihkan. Karena hal itu sama seperti kita menikmati kopi kualitas buruk yang disajikan di sebuah. cangkir kristal yang mewah dan mahal ..."


"Jadi kunci menikmati KOPI itu bukanlah seberapa bagus CANGKIR-nya. Akan tetapi seberapa bagus kualitas KOPI-nya."



Demikianlah Artikel Filosopi Cangkir dan Kopi

Sekianlah artikel Filosopi Cangkir dan Kopi kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.

Anda sekarang membaca artikel Filosopi Cangkir dan Kopi dengan alamat link https://re-plye2021-1.blogspot.com/2020/10/filosopi-cangkir-dan-kopi.html

Related Posts

Posting Komentar

Subscribe Our Newsletter