Ad Unit (Iklan) BIG

Perubahan Iklim, Konsumsi Minyak Diramal Turun 40 Persen

Posting Komentar
Perubahan Iklim, Konsumsi Minyak Diramal Turun 40 Persen - Hallo sahabat Update 2021, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul Perubahan Iklim, Konsumsi Minyak Diramal Turun 40 Persen, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel EKONOMI, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Perubahan Iklim, Konsumsi Minyak Diramal Turun 40 Persen
link : Perubahan Iklim, Konsumsi Minyak Diramal Turun 40 Persen

Baca juga


Perubahan Iklim, Konsumsi Minyak Diramal Turun 40 Persen

PT Pertamina (Persero) memproyeksi tingkat permintaan konsumsi minyak mentah di dunia akan turun hingga 40 persen karena perubahan iklim.

PT Pertamina (Persero) memproyeksi tingkat permintaan konsumsi minyak mentah di dunia akan turun hingga 40 persen karena perubahan iklim. Proyeksinya, konsumsi akan turun dari 110 juta barel per hari pada saat ini menjadi 65 juta sampai 73 juta barel per hari dalam beberapa tahun ke depan.

"Dengan adanya pemanasan suhu global sekitar 2 derajat celcius akan ada penurunan demand oil," ucap Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati di acara Media Group News Summit Indonesia 2021 secara virtual, Kamis (28/1).

Sementara di Indonesia, Nicke memperkirakan porsi pemenuhan kebutuhan energi dari minyak akan turun dari 36 persen pada 2020 menjadi 21 persen pada 2035. Nantinya, porsi pemenuhan kebutuhan energi akan diisi oleh energi baru terbarukan (EBT).

"EBT akan naik menjadi 36 persen," imbuhnya.

Untuk itu, perusahaan pelat merah itu menyiapkan sejumlah strategi untuk mengembangkan EBT, mulai dari mencampur solar dengan minyak nabati alias biofuel hingga membangun industri baterai listrik.

Kendati begitu, Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto justru meyakini konsumsi minyak masih akan meningkat di Indonesia sampai 2030. Proyeksinya, kebutuhan minyak akan naik dari 1,6 juta barel per hari pada tahun ini menjadi 2 juta barel per hari pada 2030.

Oleh karenanya, SKK masih memasang target lifting minyak 1 juta barel per hari pada tahun ini. Target ini juga diperkirakan masih akan sama sampai 2030 mendatang.

"Meski bauran energi diturunkan untuk migas, tapi dari sisi volume meningkat jadi sangat relevan untuk menutup energi nasional," kata Dwi.

Indonesia Kalah dari Jepang

Menteri ESDM Arifin Tasrif mengatakan pergeseran porsi pemenuhan energi dari minyak ke EBT cepat atau lambat akan terjadi. Sebab, kebutuhan energi yang lebih ramah lingkungan dengan emisi rendah akan menjadi kebutuhan pada masa mendatang.

Indonesia sendiri, katanya, menargetkan bisa mengurangi emisi sekitar 834 juta ton CO2 pada 2030. Saat ini, penurunan emisi baru mencapai 64,4 juta ton atau naik 11,1 persen dari 58 juta ton CO2 pada 2019.

"Realisasi penurunan emisi tahun lalu berasal dari program pemanfaatan EBT dan efisiensi energi," ujar Arifin.

Untuk mengejar target itu, pemerintah turut menetapkan target porsi EBT dalam bauran energi, yaitu mencapai 23 persen pada 2025 dan menjadi 31 persen pada 2050. Sementara per 2020, bauran energi baru mencapai 11 persen.

Sayangnya, target ini jauh tertinggal dari Jepang dan negara-negara di kawasan Eropa. Sebab, mereka sudah lebih dulu memiliki bauran energi yang tinggi dan penurunan emisi yang lebih besar.

"Di Eropa pada 2020, bauran dari EBT sudah menjadi yang paling besar di antara semua energi, Jepang juga memprogramkan di 2050 zero emission. Sementara di 2050 kita masih mengandalkan batu bara, minyak bumi, gas bumi, meski porsi EBT akan semakin besar," tuturnya.

Sementara Menteri LHK Siti Nurbaya memperkirakan Indonesia baru bisa mencapai emisi nol persen pada 2070. Ini pun merupakan target yang terlalu ambisius.

"Pak Menteri (ESDM) bilang (EBT di bauran energi) 31 persen di 2050, tapi kalau boleh lebih ambisikan lagi jadi 2050 naik 50 persen, biar 2070 bisa zero emission," kata Siti.

Di sisi lain, Ketua Komisi VII DPR Sugeng Suparwoto mengingatkan target bauran energi membutuhkan aliran investasi yang tak kecil, sehingga pemerintah harus bisa mengejarnya bila ingin target-target terpenuhi.

"Ini kurang lebih akan membutuhkan dana sampai US$34 miliar. Dari mana dananya? Setiap tahun butuh US$6,8 miliar," ucap Sugeng.

Ia memberi masukan agar pemenuhan kebutuhan investasi EBT ke depan banyak dikerjasamakan, sehingga pemerintah tidak menutupnya sendirian. Proyek-proyeknya pun kalau bisa lebih ke energi bersih.

[Gambas:Video CNN]





Demikianlah Artikel Perubahan Iklim, Konsumsi Minyak Diramal Turun 40 Persen

Sekianlah artikel Perubahan Iklim, Konsumsi Minyak Diramal Turun 40 Persen kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.

Anda sekarang membaca artikel Perubahan Iklim, Konsumsi Minyak Diramal Turun 40 Persen dengan alamat link https://re-plye2021-1.blogspot.com/2021/01/perubahan-iklim-konsumsi-minyak-diramal.html

Related Posts

Posting Komentar

Subscribe Our Newsletter